Raja Eropa Real Madrid

Raja Eropa Real Madrid

Real Madrid mempertegas dominasi mereka di Eropa. Los Blancos sukses meraih gelar Liga Champhions ke-15 setelah mengalahkan Borussia Dortmund 2-0 di babak final.

Juara Liga Champions 2023/24 memantapkan mereka di urutan teratas daftar juara kompetisi terelite di Eropa. Mereka layak disebut 'si Raja Eropa'.

Bermain di Wembley, London, Minggu (2/6/2024), Madrid yang sempat tertekan di babak pertama sukses memecah kebuntuan berkat sundulan Dani Carvajal lewat sepak pojok di menit ke-74. Lewat serangan balik, Vinicius Junior mencetak gol kedua pada menit ke-83.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari detikSport, kemenangan ini memberikan trofi ke-15 untuk Madrid sejak European Cup pertama digelar pada 1955/56 lalu berubah format menjadi Liga Champions pada 1992/93. El Real juga tak terkalahkan dalam sembilan final beruntun sejak 1998.

Madrid semakin menjauh dari kejaran AC Milan yang memiliki tujuh gelar juara namun terakhir meraihnya pada 2007 silam. Bayern Munich yang sempat juara pada 2020 silam dan Liverpool yang lima tahun lalu menjadi kampiun menyusul di belakang dengan enam trofi.

Barcelona baru memiliki lima trofi, atau sepertiga punya Madrid. Mereka terakhir kali juara pada 2015, saat Lionel Messi masih berada di sana. Ajax berada di urutan berikutnya dengan empat titel, namun sudah puasa sejak 1995.

Inter Milan dan Manchester United sama-sama memiliki tiga trofi namun sudah lebih dari sedekade berlalu sejak masa kejayaan mereka. Chelsea, Porto, Juventus, Nottingham Forest, dan Benfica masing-masing sudah meraih dua gelar.

10 tim lainnya pernah mengukir sejarah dengan sekali mencicipi rasanya menjadi juara, termasuk Dortmund pada 1997. Upaya mereka menambah gelar pada 2013 dan 2024 berujung kegagalan di final.

Daftar juara European Cup/Liga Champions:

15 - Real Madrid7 - AC Milan6 - Liverpool, Bayern Munich5 - Barcelona4 - Ajax3 - Manchester United, Inter Milan2 - Benfica, Nottingham Forest, Juventus, Porto, Chelsea1 - Celtic, Feyenoord, Aston Villa, Hamburg, Steaua Bucuresti, PSV Eindhoven, Red Star Belgrade, Marseille, Borussia Dortmund, Manchester City.

Artikel ini telah tayang di detikSport. Baca selengkapnya di sini!

Diperbarui: 27 Mei 2018, 06:14 WIB Diterbitkan: 27 Mei 2018, 06:14 WIB

London - Kemenangan Real Madrid atas Dortmund membuat raksasa Spanyol ini sukses mengantongi 15 gelar Liga Champhions.

Banyak yang meremehkan Los Blancos jelang final melawan Liverpool, namun pada akhirnya mereka tetap menegaskan status sebagai raja Eropa.

Di luar Stade de France, terjadi kekacauan, gas air mata, gerbang yang ditutup, dan antrean penonton yang mengular.

Tapi di dalam, ada ketertiban. Segala momen yang berjalan secara natural.

Real Madrid memang kalah dominan dari Liverpool di final Liga Champions, setidaknya secara statistik, namun mereka bisa mencetak gol dan pada akhirnya keluar sebagai pemenang.

Itulah yang mereka lakukan, terutama dalam kompetisi ini.

Seperti pada periode perpanjangan waktu melawan Chelsea dan Manchester City, begitu Madrid unggul, mereka sulit digoyahkan. Liverpool mengurung pertahanan mereka, tapi Thibaut Courtois tampil luar biasa hingga sulit ditembus.

Sang raja Eropa mengangkan rekor Piala Eropa ke-14 di Paris, meninggalkan pesaing terdekat mereka, AC Milan, yang punya tujuh trofi. Pelatih Carlo Ancelotti telah memenangkan kompetisi ini empat kali, lebih banyak dari manajer lainnya.

Real Madrid telah memenangkan lima trofi Liga Champions dalam sembilan musim, rekor yang tak tertandingi oleh tim mana pun - selain mereka sendiri, yang juga memenangkan lima edisi pertama turnamen tersebut, dari tahun 1956-1960.

Los Blancos mendominasi sepakbola Eropa sejak mereka pertama kali dibentuk dan bahkan sekarang, ketika mereka mengklaim bahwa ini adalah tahun mereka, tidak ada yang bisa menghentikan mereka.

Ada perjalanan ajaib untuk mencapai final, dimulai ketika penjaga gawang Paris Saint-Germain, Gianluigi Donnarumma blunder memberikan bola kepada Karim Benzema di kotak penaltinya sendiri pada awal Maret lalu.

Tim Prancis unggul 2-0 secara agregat dengan kurang dari setengah jam pertandingan tersisa, dengan Kylian Mbappe dan rekan-rekannya. setelah mendominasi 150 menit yang sudah mereka mainkan sejauh itu.

Tapi begitu Donnarumma memberikan ruang bagi Madrid untuk bangkit sekecil apa pun, mereka memanfaatkannya dengan optimal, dan kemudian bahkan berlanjut hingga ke London, Manchester dan kemudian Paris. Dan akhirnya, mereka kembali ke ibukota Spanyol dan Plaza de Cibeles, di mana mereka akan merayakan kemenangan mereka dengan puluhan ribu pendukung.

Mereka memiliki keajaiban melawan Chelsea, di mana saat tertinggal 3-0 di leg kedua, mereka membutuhkan assist yang luar biasa dari Luka Modric kepada Rodrygo untuk memaksakan perpanjangan waktu.

Lalu keajaiban lain datang saat jumpa Manchester City, dua gol hanya dalam waktu satu menit di menit akhir dari Rodrygo lagi-lagi membuat pertandingan harus berlanjut ke perpanjangan waktu.

Tapi di final, mereka tidak membutuhkan momen Rodrygo, atau keajaiban lainnya, kecuali jika Anda ingin menggambarkan performa Courtois seperti itu.

Courtois tampil luar biasa bagi Madrid setiap kali mereka membutuhkannya, seperti di Paris, terutama menghentikan aksi awal Mohamed Salah, serta menghasilkan penyelamatan magisterial untuk menangkal ancaman Sadio Mane.

Penyelamatannya terhadap aksi Mane, yang mengarahkan bola ke tiang tangan kanannya, adalah penyelamatan yang terbukti krusial dan menjadi titik paling penting dalam perjalanan Madrid ke tangga juara.

Madrid mengira mereka telah memimpin melalui Karim Benzema sebelum turun minum, tetapi gol itu dianulir karena off-side yang sangat bisa diperdebatkan karena bola sedikit mengenai Fabinho sebelum menuju padanya.

Namun, pada menit ke-59, mereka memimpin melalui aksi Vinicius Junior, yang mencetak gol setelah menerima umpan brilian dari Fede Valverde.

Setelah itu, Courtois dan Madrid mati-matian mempertahankan keunggulan. Peluang terbaik Liverpool jatuh ke tangan Salah, namun sang kiper menggunakan lengan bawahnya untuk memblok upaya pemain Mesir itu.

Tidak ada cerita balas dendam yang diwujudkan oleh Salah kali ini, Courtois-lah yang memastikan cerita itu tidak terjadi.

Sang kiper Belgia, yang telah menikmati musim yang luar biasa dan akhirnya melampaui level yang ia capai di Atletico Madrid dan tidak mampu menyamainya di Chelsea, adalah pilar kekuatan utama Madrid di bawah mistar.

Courtois membuat sembilan penyelamatan, sebuah rekor baru di final Liga Champions sejak Opta mulai mengumpulkan data, dan dengan 59 penyelamatan, ia juga mencatatkannya lebih banyak dalam satu kampanye daripada kiper lainnya.

"Kemarin dalam konferensi pers saya mengatakan bahwa ketika Madrid memainkan final, mereka menang. [Sekarang] saya berada di sisi sejarah yang baik," kata Courtois kepada BT Sport.

"Saya melihat banyak tweet datang kepada saya mengatakan bahwa saya akan jadi bulan-bulanan hari ini, tapi sebaliknya.

"Hari ini saya perlu memenangkan final untuk karier saya, untuk semua kerja keras, mendapatkan respek untuk nama saya karena saya merasa tidak terlalu dihargai, terutama di Inggris. Saya melihat banyak kritikan bahkan setelah menjalani musim yang hebat."

Jika Anda tidak bisa mengalahkan mereka, bergabunglah dengan mereka, pikir Courtois setelah kalah di final 2014 dengan Atletico melawan Real Madrid.

Saat itu, Los Blancos membutuhkan comeback menakjubkan lainnya; kali ini Courtois memastikan lawan tidak melakukannya.

Bola.com, Jakarta - Tak hanya badai cedera yang sedang menimpa Real Madrid. Klub raksasa Spanyol itu tampaknya juga dipusingkan dengan persoalan administrasi, menyangkut kuota pemain non-Eropa yang jumlahnya terlalu banyak.

As menulis, setiap kontestan La Liga hanya berhak mendaftarkan tiga pemain non-Eropa. Sementara Real Madrid saat ini tercatat punya lima pemain non-Eropa, yakni Eder Militao, Fede Valverde, Vinicius, Rodrygo, dan Takefusa Kubo.

Jika hanya tiga pemain yang bisa didaftarkan, siapa pilihan Zinedine Zidane?

Los Blancos sejauh ini tampaknya masih akan menggunakan cara sama seperti musim lalu untuk mengatasi situasi ini. Vinicius akan didaftarkan ke Real Madrid Castilla, begitu pula Rodrygo, sedangkan Kubo didaftarkan ke tim U-19.

Dengan begitu, Real Madrid punya satu sisa slot pemain non-Eropa di tim senior (dari jatah tiga pemain, baru terisi Militao dan Valverde, yang diprioritaskan Zidane masuk tim senior).

Menyikapi itu, nantinya hanya satu dari tiga pemain, yakni Vinicius, Rodrygo, termasuk Kubo (yang ada opsi didaftarkan ke tim Castilla), yang bisa dipanggil Zidane ke tim senior untuk pertandingan La Liga.

Hal itu mengacu pada Pasal 227 regulasi umum RFEF, yakni setiap pemain U-23 yang didaftarkan ke tim usia muda bisa bermain untuk tim pertama untuk periode yang tidak terbatas.

Sementara menurut Undang-Undang Olahraga Spanyol 1990, Vinicius, Rodrygo, dan Kubo dinyatakan bisa bermain di ajang Copa del Rey dan Piala Super Spanyol, karena dari keduanya tak ada yang dikategorikan sebagai kompetisi profesional atau diselenggarakan oleh La Liga.

Real Madrid masih akan tetap menghadapi persoalan pemain non-Eropa yang melebihi kuota ini sekalipun Valverde yang berasal dari Uruguay, sudah mendapatkan kewarganegaraan Spanyol. Pemain berusia 21 tahun itu diketahu sudah mengurus kewarganegaraan Spanyol sejak April lalu.

Berita Video Berita Video Real Madrid Kenalkan Rodrygo Goes, Wonderkid asal Brasil

TRIBUNJABAR.ID - Real Madrid benar-benar layak mendapat predikat sebagai "Raja Eropa" menyusul kemenangan atas Bayern Muenchen.

Real Madrid berhasil melakukan comeback luar biasa ketika menjamu Bayern Muenchen pada leg kedua semifinal Liga Champions 2023-2024.

Dalam laga yang berlangsung di Estadio Santiago Bernabeu, Kamis (9/5/2024) dini hari WIB, Los Blancos melibas tamu dari Jerman dengan skor 2-1 setelah tertinggal lebih dulu.

Gawang yang dijaga Andriy Lunin bobol oleh tembakan Alphonso Davies pada menit ke-68.

Baca juga: Hasil Liga Champions: Dramatis, Real Madrid Menang di Tikungan Terakhir atas Bayern Muenchen

Untuk menambah daya dobrak Madrid, Joselu dimasukkan ke lapangan oleh pelatih Carlo Ancelotti.

Masuknya striker asal Spanyol itu ternyata ampuh untuk membalikkan keadaan.

Joselu mencetak dua gol menjelang bubaran (88' dan 90+1').

Alhasil, Real Madrid melenggang ke final dengan berbekal agregat 4-3.

Los Blancos sendiri merupakan langganan partai puncak Liga Champions.

Baca juga: Jadwal Final Liga Champions 2023-2024: Stadion Wembley akan Jadi Saksi Dortmund vs Real Madrid

Ditambah dengan pencapaian tahun ini, Real Madrid sudah 18 kali mencapai final Liga Champions, lebih banyak dari tim mana pun.

Hanya ada dua klub yang mendekati torehan Real Madrid, yakni AC Milan dan Bayern Muenchen (11).

Jika dihitung dalam 11 musim terakhir, El Real enam kali lolos ke final kompetisi tertinggi antarklub Eropa.

Hebatnya lagi, Real Madrid cuma menelan tiga kekalahan dari 18 penampilan di final Liga Champions.

Momen pertama terjadi pada edisi 1961-1962 ketika Madrid dibekuk Benfica 3-5.

Baca juga: "Itu Sebuah Keajaiban" Kata Carlo Ancelotti setelah Real Madrid Nyaris Kalah dari Bayern Muenchen

Masuk musim 1963-1964, Madrid kembali menjejaki final.

Namun, lagi-lagi mereka gagal membawa pulang trofi Si Kuping Besar setelah dibungkam Inter Milan 1-3.

Kekalahan terakhir Madrid pada final Liga Champions terjadi pada 1980-1981 dengan Liverpool sebagai pelakunya.

Los Blancos kalah tipis 0-1 dari The Reds dalam partai pemungkas di Parc des Princes.

Setelah itu, Real Madrid lolos final delapan kali dan selalu jadi juara. (*)